Senin, 04 Juli 2011

Tingkatkan Kapasitas Produksi Nasional, BI Jaga Kucuran Kredit

Dalam menjaga pencapaian target perekonomian tanpa terjadi overheating, BI berusaha mendukung program-program pemerintah, salah satunya dengan menjaga kucuran kredit perbankan tetap ke sektor-sektor yang meningkatkan kapasitas produksi nasional. Paulus Yoga
Jakarta–Bank Indonesia (BI) terus membantu menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak terjadi overheating. Salah satunya dengan mendorong kucuran ke sektor riil untuk membangun kapasitas produksi.
“Nanti kita lihat, kredit-kredit mana yang sudah berbahaya dan akan diarahkan ke sektor-sektor yang membangun kapasitas produksi dalam menjaga perekonomian,” ujar Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono, kepada wartawan disela perayaan ulang tahun ke-58 BI di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 1 Juli 2011.
Manurutnya, hal tersebut menjadi sangat penting, jangan sampai kucuran kredit lebih banyak untuk kredit konsumsi, yang menjadi berbahaya karena tidak menambah kapasitas produksi nasional.
“Itu dilihat kredit larinya ke mana. Nah nanti kita lihat, kredit-kredit mana yang sudah berbahaya dan akan diarahkan ke sektor-sektor yang membangun kapasitas produksi,” tuturnya.
Per April 2011, total penyaluran kredit perbankan mencapai Rp1.843,53 triliun, meningkat 23,8% dibandingkan April 2010. Adapun dari jenis kredit yang disalurkan, sebagian besar masih ke kredit modal kerja mencapai Rp882,82 triliun, kredit investasi Rp383,42 triliun dan kredit konsumsi Rp577,28 triliun.
Peningkatan kapasitas produksi sangat perlu dilakukan, agar target pertumbuhan ekonomi dapat dicapai tanpa terjadi overheating. Sehingga besarnya permintaan bisa dipenuhi dengan ketersediaan suplai.
“Bahaya overheating itu selalu ada kalau kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi berjalan terlalu cepat daripada kapasitas ekonomi. Itu kalau demand lebih cepat dari suplai, itu yang harus kita jaga,” tandas Hartadi.
Ia menambahkan, saat ini pemerintah telah memulai program-program pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kapasitas produksi, seperti Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
“Jadi, kita lihat untuk melihat investasi-investasi dari masing-masing koridor. Nah, kalau kapasitas produksi itu baik, tujuan ekonomi yang mau dicapai 7% itu tidak akan overheating. Tapi, kalau tidak 6,5% saja sudah goyang,” pungkasnya. (*)

Sumber : www.infobanknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar