Rabu, 18 April 2012

Berebut Pasar Tionghoa Berkantong Tebal

Bank-bank berlomba membidik etnis Tionghoa sebagai nasabah potensial. Banyak bank yang dihidupnya ditopang oleh kesetiaan nasabah Tionghoa. Berapa besar potensinya? Jennar Siantang
Etnis Tionghoa sudah ratusan tahun berada di Indonesia. Eksistensinya tak bisa dilepaskan dari perjalanan perniagaan dan bisnis keuangan di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda orang Tionghoa menjadi bangsa kelas dua setelah Belanda, tapi banyak yang dipercaya menjadi kasir.
Selain menyandang kepercayaan, orang Tionghoa di Indonesia yang umumnya berasal dari tenggara China itu dikenal ulet dalam bekerja. Jangan heran jika sejak era kolonial sudah ada pengusaha-pengusaha andal keturunan Tionghoa.
Salah satunya Liem Seeng Tee di Surabaya dengan produk rokoknya berlabel 234. Ia adalah pendiri PT HM Sampoerna. Ada juga yang berkecimpung di bidang keuangan, seperti Oey Tiong Ham yang mendirikan NV Bank Vereeniging di Semarang dan NV Batavia Bank (The NV Chung Hwa Sang Yeh Mij) di Medan.
Saat pemerintah Orde Baru berkuasa, jumlah orang Tionghoa diklaim sebanyak 5 juta jiwa. Kendati minoritas, mereka berperan aktif dalam perekonomian, bahkan mampu mendominasi jagat niaga Indonesia. Malah, sejak keluarnya Pakto 88 yang membuat bank-bank bermunculan seperti cendawan di musim hujan, etnis Tionghoa mendominasi kepemilikan bank.
Karena keuletannya, jangan heran jika banyak etnis Tionghoa berhasil dalam berbisnis. Tentu saja, kemakmuran ekonomi pun mengikutinya. Tebalnya kantong mereka pun menjadi target pasar industri perbankan. Bahkan, tak sedikit bank umum yang brankas dananya ditopang oleh basis nasabah orang Tionghoa.
Salah satunya Bank Mutiara, yang sebelumnya bernama Bank Century. Karena kesetiaan nasabah itulah likuiditas bank ini tetap stabil dan tumbuh, kendati “dihajar” isu politik sejak terbentuknya Panitia Khusus (Pansus) Century di legislatif. “Kontribusi mereka pada DPK (dana pihak ketiga) Mutiara juga mencapai 90%, dari total Rp11,2 triliun per Desember 2011,” ujar Benny Purnomo, Director Distribution Network Bank Mutiara, kepada Infobank.
Bank-bank papan atas seperti Bank Mandiri juga melirik masyarakat Tionghoa sebagai pasar potensial. Kendati menggarap pasar yang lebar di berbagai segmen, bank terbesar di Indonesia dari segi aset ini memiliki program khusus untuk menggarap pasar orang Chinese. Untuk mendapatkan kepercayaan mereka, Bank Mandiri berkali-kali mengelar event, seperti seminar atau gathering, yang ditujukan khusus untuk orang Tionghoa.
Menurut Setiyo Wibowo,Vice President Mass Banking Bank Mandiri, perkembangan sektor riil yang melibatkan masyarakat Tionghoa menjadi indikasi bahwa mereka berperan penting dalam memutarkan uang. “Potensi market-nya besar sekali kontribusinya terhadap GDP. Retail sales tekstil itu sekitar Rp2.000 triliun,” paparnya kepada Infobank lewat saluran telepon bulan lalu.
Diprediksi, potensi tabungan maupun giro dari sana mencapai Rp22 triliun. “Itu dari tekstil aja, belum kita lihat consumer goods dan sektor industri yang lain,” imbuh Setiyo. Bagi Bank Mandiri dan bank-bank besar lain yang mengembangkan layanan priority banking, produk-produk semacam wealth management juga bisa menjadi alternatif untuk menggaet kalangan Tionghoa berkantong tebal.
Menurut Setiyo, menggaet pasar etnis Tionghoa tidak terlalu sukar. Mereka biasa berkumpul membuka usaha di satu lokasi yang sama. Sehingga, mereka banyak mendominasi usaha di pusat perdagangan tertentu, yang dari segi sektor ekonominya pun cenderung homogen.
Ambil contoh kawasan pertokoan Glodok, Jakarta Pusat, atau Mangga Dua, Jakarta Utara, yang masing-masing menjadi sentra perdagangan barang elektronik dan tekstil.
Fenomena serupa juga tampak di daerah yang dihuni komunitas Tionghoa seperti Surabaya dan Medan. Dari kantong-kantong kegiatan bisnis mereka, bank-bank tidak hanya bisa merogoh kocek mereka, tapi juga membiayai bisnis mereka serta berbagai kegiatan transaksi yang mendatangkan fee based income. Namun, karena telah menjadi lahan potensial, bank-bank tentu harus berkompetisi untuk bisa merebut pasar etnis Tionghoa. (*)

Sumber : Infobank

Tidak ada komentar:

Posting Komentar