Jumat, 27 Januari 2012

BI Rate Bakal Turun Jadi 5,50% di 2012

Jakarta - Bank Indonesia (BI) diprediksikan akan menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen di Januari 2012 ini. Di 2012 sendiri BI Rate bakal menyentuh batas bawahnya hingga 5,50 persen.
Inflasi inti yang masih jinak dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu menjadi faktor bank sentral untuk menurunkan suku bunganya.

"BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps ke 5,50 persen tahun ini kemungkinan besar pada semester I-2012, dengan melihat inflasi inti masih terlihat relatif jinak. BI akan lebih fokus pada mendukung pertumbuhan ekonomi untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global, mengurangi biaya operasi moneter mereka, dan meningkatkan fungsi intermediasi sektor perbankan," ungkap Ekonom Danamon Anton Hendranata kepada detikFinance di Jakarta, Minggu (8/1/2012).

Menurut Anton, pada Januari atau Februari 2012 ini mungkin akan menjadi waktu terbaik bagi BI untuk menurunkan suku bunga dengan 25 bps karena tekanan inflasi non-inti tidak akan sebesar seperti pada bulan Maret dan April 2012 kedepan ketika pemerintah akan menaikkan tingkat harga listrik dan mulai melaksanakan program penjatahan BBM bersubsidi.

Dijelaskannya kembali, utang Uni Eropa dan krisis perbankan dan masalah jangka panjang prospek fiskal di AS serta upgrade rating (untuk investment grade) oleh dua lembaga rating besar lainnya (S & P dan Moodys) dapat memberikan dorongan positif bagi keuangan Indonesia.

"Hal ini dapat memicu efek yang cukup besar yang relatif di Januari, dengan demikian BI akan memotong 25 bps di Januari 2012," tuturnya.

Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel, menilai inflasi 2011 sebesar 3,79 persen merupakan peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) untuk menurunkan suku bunga penjaminan.

"Ruang bagi BI dan LPS semakin besar untuk menurunkan suku bunga acuan dan penjaminan. Penurunan sebelumnya secara umum juga sudah diikuti kalangan perbankan. Dan kalau Januari ini BI dan LPS menurunkan lagi tentu akan menjadi kado awal tahun yang baik bagi dunia usaha dan perekonomian nasional. Hal ini tentunya juga sejalan dengan tren inflasi triwulan pertama yang rendah dan juga target inflasi tahun 2012 yang 5,3 persen," jelas Kemal.

Menurut Kemal, kebijakan BI dan LPS untuk menurunkan suku bunga acuan dan suku bungan penjaminan sangat penting untuk mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit dan membentuk ekspetasi inflasi ke depannya. "Kita harapkan ini akan efektif mendorong suku bunga kredit agar segera turun dari rata-rata mengarah ke 7-8 persen," tuturnya.

Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander Sugandi menjelaskan pemangkasan BI Rate itu belum dilakukan dalam waktu dekat.

Menurut Eric, Bank Indonesia kemungkinan masih memberikan peluang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya, setelah BI Rate turun 50 basis poin dari 6,5 persen pada November lalu.

"Untuk Januari ini masih stay di enam persen. Tapi, memang ada kemungkinan, kami proyeksikan ada pemotongan 25 basis poin di akhir kuartal pertama ini. Kemungkinan pada Maret," kata Eric.

Pemotongan BI Rate ini, katanya, sebagai bentuk stimulus bank sentral bagi pertumbuhan ekonomi nasional, sewaktu perekonomian global diprediksi lesu pada tahun ini.

"Saat perlambatan itu, BI akan memberikan stimulus penurunan 25 basis poin. Tapi, bukan sekarang," jelasnya.

Seperti yang diberitakan, BPS menyebutkan, inflasi Desember 2011 sebesar 0,57 persen. Dengan begitu, inflasi keseluruhan tahun 2011 sebesar 3,79 persen. Angka itu lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,65 persen. Sementara itu, BI rate sekarang ini berada pada angka 6 persen, dan suku bunga penjaminan LPS untuk simpanan rupiah sebesar 6,5 persen dan 1,5 persen untuk simpanan valuta asing per Desember 2011.

Sumber: Herdaru Purnomo - detikFinance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar