Rabu, 11 Mei 2011

Marketing Perbankan di Tahun Perburuan Profit

Era perbankan telah berubah dari surviving era ke profitability era. Profitability level jadi acuan setiap bisnis, termasuk perbankan. Marketing performance system yang kuat akan mampu mengubah sasaran, bahkan operasional perbankan, menuju sistem yang lebih baik. Meity Anita

Kompetisi perbankan Indonesia diperkirakan akan berorientasi pada kompetisi strategi yang jauh lebih kompetitif ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Perlu diketahui bahwa tahun-tahun belakangan ini, keadaan makroperbankan kita mulai membaik. Era perbankan telah berubah: dari surviving era ke profitability era.

Yang pasti, era kompetisi perbankan kini mendekati kenyataan. Jika hal itu terjadi, tentu, publiklah yang akan menghadapi kesulitan. Publik akan sulit memilih bank yang, menurut mereka, paling inovatif, paling aman, atau paling menguntungkan. Kalau memang hal itu terjadi, seorang nasabah yang loyal bertahun-tahun pada sebuah bank akan sangat mudah pindah ke bank lain. Untuk itu, tak ada alasan lain bagi bank, kecuali mempertahankan kualitas pelayanan (service).

Kualitas pelayanan sangat luas maknanya. Pelayanan bagi perbankan mencakup seluruh komponen perbankan. Pelayanan bukan hanya urusan customer service atau pelayanan electronic banking semata. Itu pun belum cukup. Pelayanan yang ditawarkan harus mempunyai service level tertentu. Dan, ini harus selalu dijaga agar tetap bisa bersaing dengan keadaan market saat ini dan juga masa depan.

Pada masa mendatang, industri perbankan kita bakal sampai pada suatu titik, yakni setiap bank akan bersaing mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Karena itu, dapat dikatakan sebagai tahun kompetisi bagi perbankan. Bank-bank akan ramai-ramai mengembangkan strategi. Apalagi motifnya kalau bukan profitability oriented.

Sementara itu, persaingan dalam pemberian hadiah juga diperkirakan akan terus berlanjut. Meski, persaingan dalam bentuk seperti ini tidak lagi menjadi concern utama semenjak perbankan menyadari bahwa persaingan dalam bentuk hadiah hanyalah marketing games atau salah satu program loyalty customers. Masih banyak hal mendasar yang lebih penting dan jauh lebih strategis bagi perbankan pada era sekarang, era profit. Era profit menjadi tantangan bagi bank dalam hal spending. P & L menjadi benchmark keberhasilan sebuah produk atau program marketing.

Inovasi pelayanan tentu akan terus berlangsung seiring dengan kemajuan teknologi dan based-on concept service yang diinginkan setiap bank. Diferensiasi atau fokus bisnis harus lebih tajam agar nasabah atau calon nasabah tahu persis keuntungan ber-banking dari bank yang dipilihnya. Harus diakui, memang, banyak sudah kemajuan yang dialami perbankan kita. Bankir-bankir lokal kini berlomba-lomba menata banknya agar lebih sehat dan lebih menguntungkan.

Orientasi profit ternyata telah mengubah banyak paradigma para bankir kita dalam bertindak. Pemahaman pasar dan orientasi ke depan akan sangat membantu. Dengan knowledge dan perhitungan yang tepat, bank-bank akan mampu mengegolkan tujuannya. Kini, mulai merebak pendapat bahwa bank besar tak lagi perlu tetap besar.Yang utama adalah keuntungan yang lebih.

The value of big bank kini tidak lagi menjadi suatu “kharisma” yang terus dipelihara ketika bank-bank mulai berorientasi pada profit. Sekarang adalah zamannya profit. Dengan planning yang tepat, resources dan kapital yang kuat, team-up yang solid, serta semua elemen organisasi based on competency dari organisasi yang dicanangkan, profit pun akan segera menjadi kenyataan.

Dari profit figure, para bankir akan lebih mudah me-manage profitability level yang akan dicapai. Era profit akan makin nyata menata perbankan kita. Jika memang hal itu terjadi, perbankan kita diperkirakan akan makin sehat, baik dari sisi internal maupun dalam persaingan.

Namun, era ini, bagi bank-bank besar kita, akan menjadi dilema. Is big better? What is the value of size? Can big be managed? Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut barangkali bisa menjadi concern bank-bank besar. Bahkan, bisa saja menjadi big challenge. Apakah bank-bank besar akan tetap mempertahankan kebesarannya?

Apakah one-stop-shopping bank masih diperhitungkan sebagai consept supermarket yang cocok bagi sebuah bank? Atau, specialist concept lebih menguntungkan? Saya kira, salah satu concern untuk consolidation adalah suatu permulaan yang strategis, walau dramatic consolidation yang terjadi pada tahun belakangan ini cukup mengejutkan perbankan Indonesia. Tapi, tantangan ke depan adalah seperti salah satu pertanyaan fundamental di atas: is big better?

Salah satu pertanyaan adalah improvement dari efficiency ratios setelah consolidation. Rasionalisasinya dengan profit, pasti ada korelasi antara size—dalam hal ini hubungannya dengan spending—dan return. Size yang besar akan berhubungan erat dengan spending requirement for branding, distribution, resources, dan technology. Scope benefit, bisa untuk cross selling more product to the same customers, tapi akan result ke larger operating expenses dan revenue base.

The primary value of “big” akan sangat bergantung pada positioning setiap bank versus skala requirement untuk setiap bisnis suatu bank. Disadari atau tidak, antara bank yang satu dan yang lain saling bersaing. Skala requirement inilah yang akan men-drive busines level. Value of size sebuah bank akan menentukan speed, growth, dan profitability level.

Kemampuan me-manage sebuah bank besar akan sangat bergantung pada capability. Yang masih menjadi pertanyaan pada era profit ini, apakah bank besar atau megabank akan mampu tetap besar dengan profit besar? Apakah mampu bank besar me-manage secara efisien aset besar tersebut dan bersaing lebih baik?

Sampai berapa lama akan bertahan? Kalau bank besar telat berubah, kemungkinan ke depan akan kalah bersaing bisa saja terjadi. Tapi, kalau mereka mampu me-manage dengan baik, kemungkinan bank lokal kita bisa menjadi bank global.

Peran top management dalam implementasi akan sangat besar bagi marketing team. Antusiame top management bisa seketika mengubah spirit tim, begitu pula sebaliknya. Untuk itu, di sini diperlukan kepekaan dan kepedulian para top executif untuk me-manage semangat level team dalam era kompetisi yang makin sulit.

Pergeseran performance setiap bank akan bisa berubah dengan cepat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil research, dengan upaya yang luar biasa, sebuah bank tidak mustahil mampu menggeser posisi bank lain dalam waktu singkat. Marketing performance system yang kuat akan mampu mengubah sasaran, bahkan operasional perbankan, menuju sistem yang lebih baik, sebuah sistem ketika industri perbankan berorientasi pada profit. Karena itu, penggunaan system performance yang kuat akan sangat membantu perbankan.

Bagaimana dengan bank-bank konservatif? Persoalan yang sering muncul di perbankan konservatif, antara lain, elemen-elemen dalam marketing performance system seperti contoh dalam tabel sering dianggap teori. Padahal, setiap elemen dalam sistem tersebut sebetulnya adalah elemen yang dapat diciptakan sendiri oleh bank, yaitu elemen apa saja yang menjadi concern dan erat kaitannya dengan tujuan business bank. Sistem ini akan men-drive suatu produk atau program bank yang profitable.

Beberapa bank sudah mulai terlihat menerapkan konsep value-focused competition. Melalui konsep tersebut, bank fokus pada bisnis tertentu atau segmen tertentu yang dianggap paling menghasilkan atau potensial. Fokus sangat penting untuk meningkatkan business value ataupun competition value. Bagi nasabah, ada five source of value yang dibutuhkan.

Akhirnya, kompetisilah yang akan berperan besar dalam upaya setiap bank dalam bersaing. Tidak ada konsep yang lebih kompetitif kecuali konsep baru yang akan muncul dari reaksi pasar. Perkembangan teknologi dan perkembangan pasar akan menciptakan konsep yang lebih baru lagi dari waktu ke waktu.

When the technology is here, the innovation begins. When the market changes, the new concept is born. Yang pasti, konsep apa pun yang terlahirkan, profitability level menjadi acuan setiap bisnis. Selamat datang 2004. Selamat datang era profitability. (*)

Penulis adalah pemerhati dan praktisi perbankan.

Sumber : www.infobanknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar