Kamis, 14 April 2011

Marketing Goes Spiritual


Kita sekarang sedang memasuki era ketiga. Kita bisa berbisnis dengan menerapkan nilai-nilai spiritual. Bahkan, ini bisa menjadi diferensiasi yang sangat sulit ditiru di dunia yang sekarang penuh dengan kekerasan. Hermawan Kartajaya
Pada awal saya berkarya di dunia pemasaran, saya percaya, marketing adalah sesuatu yang rasional, sesuatu yang hanya bisa dicerna dengan akal. Hingga suatu ketika, saya menyadari bahwa Bumi telah menjadi Venus. Orang-orang menjadi jauh lebih emosional dan marketing mulai harus mengarah ke sana.
Bahkan, sejak sekitar tiga tahun lalu, saya rasa, pendekatan emosional tidak lagi cukup. Kita perlu menerapkan nilai-nilai spiritual dalam marketing. Saya menyebut istilah tersebut compassionate marketing.

Anda mungkin bertanya-tanya. Mana mungkin marketing bisa dicampuradukkan dengan nilai-nilai spiritual. Saya ingin menjawab keragu-raguan Anda dengan sedikit bercerita tentang tiga era dalam perkembangan nilai-nilai spiritual dalam bisnis.
Era pertama adalah era polarisasi, saat orang-orang betul-betul memisahkan bisnis dengan spiritual. “Kalau bisnis, ya bisnis. Kalau mau lebih spiritual, ya jangan berbisnis.”
Era kedua adalah era keseimbangan, ketika orang-orang mendapat uang dari bisnisnya secara kurang etis. Misalnya, hasil menyuap dan korupsi kemudian disumbangkan untuk kepentingan spiritual, seperti untuk dana kemanusiaan. Sedikit mirip Robin Hood.
Era ketiga adalah era integrasi: 100% bisnis, 100% spiritual. Nah, kita sekarang sedang memasuki era ketiga. Kita bisa berbisnis dengan menerapkan nilai-nilai spiritual. Bahkan, ini bisa menjadi diferensiasi yang sangat sulit ditiru di dunia yang sekarang penuh dengan kekerasan.
Untuk lebih meyakinkan Anda, saya ingin membahas 10 prinsip yang saya namakan “The Ten Credos of Compassionate Marketing”. Kredo pertama, love your customers, respect your competitors. Pelanggan itu jelas penting, tapi pesaing juga penting.
Teman saya yang bijak, Aa Gym (Abdullah Gymnastiar), pernah mengatakan, apa gunanya jadi juara kalau tidak ada lawannya. Tanpa pesaing, industri tidak akan berkembang. Tidak hanya itu, bahkan kita juga bisa belajar dari pesaing kita.
Kredo kedua, be sensitive to change, be ready to transform. Lingkungan bisnis makin cepat berubah dan persaingan makin ketat. Pelanggan pun makin pandai. Makanya, kita tidak boleh terlelap dan harus selalu siap mengantisipasinya.
Kredo ketiga, guard your name, be clear of who you are. Artinya, kita harus membangun kredibilitas brand dari produk yang kita tawarkan. Tentu saja didukung positioning dan diferensiasi yang kokoh. Dengan begitu, customer akan percaya pada Anda.
Kredo keempat, customers are diverse, go first to who really needs you. Ini pada dasarnya adalah prinsip segmentasi dan targeting. Pilihlah selalu segmen pasar yang paling membutuhkan Anda, maka Anda akan membuat customer bahagia dan bisnis Anda pun jadi lebih efektif dan efisien.
Kredo kelima, always offer a good package at a fair price. Jangan pernah menipu customer mengenai harga karena lama-kelamaan pasti akan ketahuan. Selalu sesuaikan harga dengan kualitas produk Anda, maka customer akan selalu kembali kepada Anda.
Kredo keenam, always make yourself available, spread the good news. Marketing memang kabar gembira. Jadi, selalu sebarkan kabar tersebut dan siap sedialah selalu setiap kali pelanggan mencari Anda.
Kredo ketujuh, get your customers, keep and grow them. Setelah Anda mendapat customer, jangan lekas puas. Jagalah hubungan baik dengan mereka. Kembangkanlah mereka, maka bisnis Anda pun akan berkembang.
Kredo kedelapan, whatever your business, it is a service business. Tidak peduli apa pun yang Anda jual, bisnis Anda selalu service business. Service harus menjadi jiwa perusahaan Anda, maka customer akan menyayangi Anda.
Kredo kesembilan, always refine your business process, in terms of quality, cost and delivery. Selalu perbaiki proses bisnis Anda dari waktu ke waktu. Berilah kualitas yang prima dengan biaya yang efisien dan delivery yang tepat.
Kredo kesepuluh, gather relevant information, but use wisdom in final decision. Informasi memang penting, tetapi wisdom Andalah yang akan berperan dalam menentukan keputusan. Maka, akumulasikan pengalaman Anda dan pertajam wisdom Anda.
Nah, setelah menyimak 10 kredo di atas, percayakah Anda bahwa marketing dan nilai-nilai spiritual itu memang bisa sejalan? Percayakah Anda kalau sekarang memang marketing goes spiritual? (*)
Penulis adalah Asian Marketing Guru, pendiri dan Presiden MarkPlus&Co, dan terpilih sebagai salah satu dari “50 Guru yang Telah Mengubah Masa Depan Pemasaran” oleh The Chartered Institute of Marketing, United Kingdom.

Sumber : www.infobanknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar