Sabtu, 12 November 2011

Ada time gap penurunan BI rate dan SBDK

JAKARTA. Kendati pergerakannya sejalan, namun jangan dulu buru-buru berharap suku bunga dasar kredit (SBDK) langsung menciut saat suku bunga acuan (BI rate) diturunkan.

Ketua Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menuturkan ada empat faktor yang mendorong penurunan SBDK. Pertama, jika suku bunga tabungan, giro dan deposito lebih dulu diturunkan.

"Ketiga hal itu ibaratnya kulakan kami. Kalau tiga hal itu belum turun jangan berharap bunga kredit akan turun," ujar Sigit yang ditemui usai Seminar Perpajakan Industri Perbankan 2011, Kamis (10/11).

Kedua, persaingan yang wajar di industri perbankan. Kalau satu bank sudah menurunkan suku bunga tabungan, giro dan deposito bank-bank lain otomatis juga akan mengikuti.

Ketiga, kemampuan perbankan melakukan efisiensi sebaik mungkin. Dengan begitu, perbankan bisa mengurangi beban biaya (cost of fund) dan ujung-ujungnya bisa menjual produk lebih murah.

Keempat, faktor premi risiko. Hal ini bergantung pada kondisi makro perekonomian dalam negeri. Semakin baik kondisi makro, maka makin baik pula premi risiko dan berdampak pada penurunan SBDK.

"Secara jangka panjang penurunan BI rate dan SBDK inline. Hanya saja, tidak serta-merta. Ada rentang waktunya yang tidak bisa langsung dipastikan," jelas Sigit.

Menanggapi SBDK di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara kawasan ASEAN lainnya, menurut Sigit tak lepas dari tingkat inflasi, rendahnya suku bunga simpanan, serta penetrasi perbankan terhadap masyarakat.

Di Malaysia dan Singapura masyarakat yang belum terjangkau bank jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia sehingga ekspansi bank tidak sebesar di Indonesia. Alhasil, biaya investasi-investasi baru bank-bank di sana tidak sebesar bank-bank di Indonesia.

Sumber : Kontan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar